Mengingat kebutuhan pakan pada saat budidaya ikan menjadi permasalahan yang sangat berarti bagi para pembudidaya, ditambah lagi harga pakan semakin melambung tinggi, hal ini tentu membuat para pembudidaya mencari akal guna memenuhi kebutuhan pakan si kumis (lele, patin). Kebutuhan pakan selama periode budidaya persentasenya paling tinggi dibanding kebutuhan yang lain, mencapai 60-70%, itu artinya konsumsi pakan untuk ikan sangat tinggi. Kebutuhan pakan yang tidak memenuhi standar akan berdampak pada pertumbuhan ikan yang tidak baik, terlebih ikan jenis lele, jika kebutuhan pakan tidak memadai lele akan saling memakan satu sama lain, karena lele bersifat hewan omnivora pemakan tumbuhan dan daging serta bersifat kanibal. Meskipun jenis ikan lain tidak termasuk kanibal seperti halnya lele, namun tetap saja kebutuhan pakan tetap nomor satu. Hal ini tentu menjadi dilema terbesar bagi pembudidaya, harga pakan yang tinggi sedangkan hasil panen yang tidak sesuai.
Bahkan tidak sedikit pembudidaya yang mengalami kerugian finansial akibat ketidaksesuaian antara biaya perawatan selama budidaya dengan hasil panen, tidak menutup kemungkinan juga jika kondisi seperti ini terus bertahan maka kebangkrutan akan terus menghantui para pembudidaya, sampai-sampai yang awalnya ingin mencoba untuk membudidayakan ikan kembali mengurungkan dirinya untuk tidak melanjutkan niatnya, hal ini karenakan rasa kekhawatiran mereka untuk tidak bisa mendapat keuntungan pasca panen. Dampaknya sangat luas, sedangkan peristiwa seperti ini dapat diatasi jika kita mengetahui caranya. Hanya saja masih banyak pembudidaya yang enggan mencari cara lain dan hanya mengandalkan pakan dari toko saja (pellet), tentu akan menambah pembengkakan pengeluaran akibat managemen pakan yang tidak terkondisikan dengan baik.
Meskipun ikan selain jenis lele tidak bersifat kanibal, bukan berarti hal ini menjadi situasi yang aman untuk tidak memperhatikan managemen pakan yang baik, walaupun jenis lain tidak kanibal akibat kurangnya pakan maka dampak negatif lainnya berdampak pada pertumbuhan yang tidak maksimal (ikan kuntet/kerdil) pada ikan. Tentu akan sama saja, kerugian akan tetap dirasa karena hasil panen yang tidak menyesuaikan biaya peratwatan. Walaupun banyak yang berpendapat bahwa jenis ikan tertentu mudah perawatannya, mudah pemberian pakannya namun bukan berarti hal mudah tersebut dapat menjamin kelangsungan hidup ikan yang baik. Baik buruknya dalam merawat pertumbuhan ikan tergantung bagaimana cara kita memperlakukannya, terutama dari faktor pakan yang baik.
Pembuatan pakan alternatif adalah cara yang bijak untuk meminimalisir pengeluaran pakan pada ikan, pakan alternatif membantu menekan jumlah pakan pellet normal untuk ikan yang dapat disandingkan bersamanya. Cara seperti ini yang dapat membantu jumlah biaya pakan yang tidak terlalu banyak, dengan pakan tambahan akan tetap menjaga standarisasi asupan pakan pada ikan untuk menopang pertumbuhan ke hasil yang maksimal. Dengan ini pembudidaya tidak perlu merasa khawatir lagi terkait biaya budidaya yang sangat besar.
Adapaun bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat pakan alternatif sebagai berikut:
1. Dedak/bekatul 40 Kg
2. Tepung ikan/bubuk ikan asin 35 Kg
3. Tepung jagung 10 Kg
4. Tepung tapioka 5 Kg
5. Probiotik Microorganisme 1 lt
6. Ragi tape 10 butir
Semua bahan-bahan di atas dicampur menjadi satu dan digiling, hingga menjadi butiran-butiran seperti pakan pellet. Lihat video singkat di bawah ini:
Selain dapat dijadikan pakan alternatif untuk ikan, pakan tersebut juga dapat diberikan untuk hewan ternak seperti unggas dan sejenisnya. Pakan alternatif yang dibuat di atas dapat disimpan sebagai persediaan pakan pendamping pellet. Dengan demikian pengeluaran pakan selama budidaya berlangsung dapat dipangkas dari biaya normal, dan yang lebih penting hasil panen menjadi lebih maksimal.
SELAMAT MENCOBA..
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah mengunjungi blog saya, silahkan tinggalkan komentar